Jumat, 22 Februari 2013

ingin pintar atau ingin kaya?

apakah anda ingin pintar atau ingin kaya? tentunya jika saya mendapatkan pertanyaan itu saya akan lebih memilih ingin menjadi orang kaya, tanya kenapa? ya jelas saja jika saya pintar namun saya tidak punya uang itu sebuah hal yang sangat percuma dan sia - sia, namun jika saya tidak pintar dan mempunyai uang banyak, saya akan mendapatkan kepintaran itu dengan bermodalkan uang.

di negara yang indah ini (katanya) orang pintar itu sangat tidak dihargai sebagaimana di negara orang yang sangat membutuhkan orang pintar untuk menjadikan negaranya lebih baik, namun apa daya di negara kita? di negara yang indah ini (katanya) hanya membutuhkan orang yang punya uang bukan orang yang pintar yang dapat menghasilkan uang untuk negara.

dengan uang, di negara yang indah ini (katanya) kita akan mendapatkan semua yang kita inginkan, harta? tahta? semuanya bisa kita dapatkan

anda ingin menjadi anggota dewan? punya uang berapa?
anda ingin pintar? punya uang berapa?
anda ingin sehat? punya uang berapa?
anda ingin mendapatkan pekerjaan? punya uang berapa?

aneh sangat aneh, disini semuanya harus bermodalkan uang bukan bermodalkan kepintaran.

Kamis, 14 Februari 2013

"uang" yang menyembuhkan segala penyakit


Suatu hari ada seorang pasien yang sedang berobat ke rumah sakit.

Dokter: silahkan duduk
Pasien: iya dok
Dokter: ada keluhan apa datang kesini?
Pasien: gini dok, akhir – akhir ini saya sering batuk dok dan sangat sakit sekali, kenapa ya?
Dokter: oke mari kita periksa dulu.
Pasien: iya dok

Setelah diperiksa…

Dokter: ini hasilnya, anda mengidap penyakit TBC
Pasien: kenapa bisa TBC ya dok? *khawatir*
Dokter: ya mungkin anda terlalu banyak mengkonsumsi bla bla bla bla bla
Pasien: apa saya bisa sembuh dok?
Dokter: ya tentu bisa.
Pasien: gimana caranya dok? Obat apa yang bisa menyembuhkan saya?
Dokter: bukan saya atau obat yang dapat menyembuhkan anda
Pasien: lantas apa dok?
Dokter: uang anda
Pasien: *&#*(^$*(Q&$*(Q&^$*Q)Q)*&)Q__)Q)($Q*($&Q()_*

Tentang si "miskin" dan si "kaya"


Tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita dengan kata miskin dan kaya. Singkat penjelasannya bahwa si miskin itu yang tidak memiliki harta banyak dan si kaya yang memiliki harta yang berlimpah.

Mengapa saya membuat tulisan tentang si miskin dan si kaya? Karena jujur saya sangat tidak menyukai dengan kedua kata itu. Sangat mebuat saya seperti seorang yang tidak pernah mendapatkan kebahagiaan sama sekali.

Kenapa harus si miskin dan si kaya? Ya mungkin karena kedua hal itu yang menjadikan Negara kita yang indah (katanya) penuh dengan masalah yang komplikasi, lihat saja di dunia perfilman Indonesia sering kali menceritakan tentang si miskin dan si kaya yang ceritanya sangat monoton dan sangat mudah untuk ditebak. Ya si miskin selalu tertindas dan dihina oleh si kaya. Dan selalu memperlihatkan keadaan ekonomi si miskin yang sangat jauh dari kesempurnaan, dan si kaya hidup dengan gaya mewah.

Disitu awal permasalahan mulai muncul, karena dengan sering disajikannya cerita tentang si miskin dan si kaya, masyarakat tentu menginginkan kehidupan seperti si kaya yang hidup serba kecukupan. masyarakat berlomba untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak wajar karena mengingikan gaya hidup seperti si kaya.

Mungkin dengan tidak di adakannya istilah si miskin dan si kaya tidak akan adanya perbedaan ekonomi di masyarakat yang membuatnya gila akan harta.

Calon Gubernur atau Iklan Produk?


Terlihat di sepanjang jalan banyak sekali poster – poster para calon dari ukuran kecil sampai ukuran yang luar biasa besarnya Dan menurut saya itu hanya memperkotor jalanan dan bahkan sangat tidak enak untuk dipandang.

Coba pikirkan, satu orang calon contohnya calon gubernur jawa barat menghabiskan berapa banyak rupiah untuk membuat poster – poster yang akan disebar di seluruh wilayah jawa barat? Mungkin ratusan juta bahkan miliyaran, saya kurang tahu. Itu hanya untuk poster saja loh, belum ditambah iklan di televise atau radio atau Koran atau yang lainnya, banyak deh pokoknya. Itu semua hanya untuk mengiklan kan mereka saja agar dapat dipilih oleh warga, bahkan tidak beda jauh dengan iklan produk *miris*

menurut saya ada cara lain untuk mempromosikan visi misi dan kinerja para calon, ya mungkin dengan menyumbangkan uang yang akan dibikin jutaan poster tidak bermutu itu, namun tentu saja itu tidak mungkin karena iklan sangatlah penting. namun kenapa di iklan itu para calon turun kejalan membantu warga yang kurang mampu hanya pada saat sesi foto saja? Selain itu kemana aja?

Haha dari sini mulai terlihat tujuan utama para calon, mereka menghabiskan miliyaran untuk promosi, tentu jika mereka terpilih, mereka tidak mau rugi dan ingin uang nya kembali, ya mungkin dengan cara yang tidak wajar yang kasusnya sering muncul di tipi – tipi, itu tuh yang kasus gayus itu, apa sih namanya? *pura – pura tidak tahu*

Karena semua yang diperebutkan di Negara yang indah ini (katanya) adalah HARTA.

Gimana Mau Pintar?


Kita terlahir sebagai manusia yang tidak bisa melakukan apapun tanpa proses pembelajaran. Segala sesuatu jika tidak di barengi dengan proses pembelajaran mungkin tidak akan berhasil.

Manusia tidak akan pernah lepas dari proses belajar, baik itu belajar formal maupun non formal, karena dalam setiap tahap perkembangan dibarengi dengan adanya pengetahuan yang didapat dari proses belajar.

Nah lucunya di Negara kita hanya diwajibkan belajar 9 TAHUN. What do you think? 9 tahun saja? Ga salah tuh?. Wajib belajar itu seharusnya seumur hidup sampai kita tiada alias wafat! Nah sedangkan dengan wajib belajar 9 tahun apa kita akan pintar? Dan setelah wajib belajar 9 tahun, apa sisanya itu disebut sunah?

Mungkin di Indonesia untuk mencapai pendidikan yang tinggi itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan tidak ada solusi untuk biaya sekolah gratis. setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tapi dengan biaya yang tinggi, hak untuk mendapatkan pendidikan itu hanya sebatas wacana saja.

Mengapa harus 9 tahun?. Mungkin para petinggi di Negara kita mengeluarkan argument itu agar rakyat tidak ada yang melebihi kepintaran nya, dan tentunya para petinggi akan mudah untuk membodohi rakyatnya yang mempunya kapasitas pendidikan hanya 9 tahun.

ini hanya pendapat saya, tidak bermaksud untuk menyinggung salah satu pihak, namun dengan kenyataannya akan terbukti siapa yang salah dan siapa yang mendapat akibatnya.